Membaca Al Qur’an, Tapi Dada Masih Sempit
PERTANYAAN
إني أحاول أن أقرأ القرآن الكريم، وأحب كتاب الله كثيرًا، ولكن صدري يضيق عليَّ، فلا أستطيع أن أكمل التلاوة فما هو الحل؟
Wahai Syaikh, aku mencoba membaca Al Qur’an, sungguh aku mencintai kitabullah. Akan tetapi aku merasa dadaku sempit, sehingga aku tak mampu selesai membaca Al Qur’an. Apa solusinya?
JAWABAN
الحل فيما أرشد الله سبحانه وتعالى إليه في قوله: {فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ، إِنَّهُ لَيْسَ لَهُ سُلْطَانٌ عَلَى الَّذِينَ آمَنُواْ وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ، إِنَّمَا سُلْطَانُهُ عَلَى الَّذِينَ يَتَوَلَّوْنَهُ وَالَّذِينَ هُم بِهِ مُشْرِكُونَ} [سورة النحل: الآيات 98-100].
أرشدنا الله سبحانه وتعالى قبل أن نتلو القرآن أن نستعيذ بالله من الشيطان الرجيم من أجل أن يطرد الله عنا هذا العدو وأن يبعده عنا.
وعليك بالتدبر؛ فإنك إذا تدبرته؛ فإن هذا مما يجلب لك الخشوع، ويرغبك بالقرآن الكريم، ولا يكون كل همك إكمال السورة أو ختم الجزء أو ما أشبه ذلك، بل يكون مقصودك هو التدبر والتفكر فيما تقرأ من آيات الله سبحانه وتعالى.
وكان ـ صلى الله عليه وسلم ـ يطيل القراءة في صلاة الليل، ولا يمر على آية رحمة؛ إلا وقف وسأل الله، ولا يمر بآية فيها ذكر العذاب؛ إلا وقف واستعاذ بالله، مما يدل على أنه ـ صلى الله عليه وسلم ـ كان يقرأ بتدبر وحضور قلب (1).
Penyebabnya sudah diberitahukan oleh Allah subhanahu wata’ala dalam firman-Nya :
فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ، إِنَّهُ لَيْسَ لَهُ سُلْطَانٌ عَلَى الَّذِينَ آمَنُواْ وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ، إِنَّمَا سُلْطَانُهُ عَلَى الَّذِينَ يَتَوَلَّوْنَهُ وَالَّذِينَ هُم بِهِ مُشْرِكُونَ} [سورة النحل: الآيات 98
“Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk. Sesungguhnya syaitan itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Tuhannya.
Sesungguhnya kekuasaannya (syaitan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah.”
(An Nahl : 98-100)
Allah subhanahu wata’ala memberitahukan kepada kita sebelum membaca Al Qur’an, hendaknya kita memohon kepada-Nya perlindungan dari syaithan yang terlaknat. Agar Allah memalingkan dan menjauhkan kita darinya (syaithan).
Dan hendaknya engkau merenungi ayat yang engkau baca, yang dengan ini akan menumbuhkan kekhusyu’an dalam hati dan terkaitnya hatimu dengan Al Qur’an. Dan janganlah menjadikan tujuan dari membacamu tadi sekedar menamatkan surat atau juz ini dan ini, melainkan jadikan tujuan membaca tadi adalah mentadabburi dan merenungi ayat-ayat Allah subhanahu wata’ala.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallama memanjangkan berdiri saat shalat malam, tidaklah beliau melewati ayat rahmat kecuali beliau berhenti dan memohon rahmat kepada Allah, dan tidaklah beliau melewati ayat adzab melainkan beliau berhenti untuk memohon perlindungan kepada Allah subhanahu wata’ala. Hal ini menunjukkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallama merenungkan apa yang beliau baca dan menghadirkan hati ketika membacanya.
Kaligrafi Allah dan Muhammad di Dinding
PERTANYAAN
حكم كتابة لفظ الجلالة (الله) ، وبجانبها لفظ محمد صلى الله عليه وسلم ( الله – محمد ) على الجدران أو على الكتب،أو على بعض المصاحف وهل موضعها هذا صحيح ؟.
Bagaimana hukum menuliskan lafadz dan disampingnya ada lafadz di dinding, buku, atau sebagian mushaf, apakah hal seperti ini diperbolehkan?
JAWABAN
ﻟﻠﻌﻼﻣﺔ ﺍﺑﻦ ﻋﺜﻴﻤﻴﻦ , ﺭﺣِﻤﻪُ ﺍﻟﻠﻪ
ﺍﻟﺠــﻮﺍﺏ :
موقعها ليس بصحيح لأن هذا يجعل النبي صلى الله عليه وسلم ، نداً لله مساوياً له ، ولو أن أحدا رأي هذه الكتابة وهو لا يدري المسمى بهما لأيقن يقيناً أنهما متساويان متماثلان ، فيجب إزالة اسم رسول الله صلى الله عليه وسلم ويبقى النظر في كتابة : (الله) وحدها فإنها كلمة يقولها الصوفية ، و يجعلونها بدلا عن الذكر ، يقولون (الله الله الله) ، وعلى هذا فلتفى أيضا ، فلا يكتب (الله) ، ولا (محمد) على الجدران ، ولا على الرقاع ولا في غيره .
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullahu menjawab :
Hal seperti ini tidak diperbolehkan, karena menyamakan kedudukan Allah subhanahu wata’ala dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallama, seandainya orang yang tidak mengerti kedua tulisan tadi tentu akan meyakini bahwa kedua lafadz tadi mempunyai kedudukan yang sama / sejajar. Kalau misalnya lafadz ‘Muhammad’ dihapus dan lafadz ‘Allah’ tetap, ini seperti dzikir yang dirutinkan oleh kaum sufi yang mana mereka berkata ‘Allahu Allahu Allahu’. Dan hal tersebut jadi masalah pula. Maka tidak usah menulis lafadz ‘Allah’ dan ‘Muhammad’ di tembok-tembok, lembaran-lembaran (maksud beliau adalah yang tidak ada perlu), atau yang selainnya.
05 Isim Manqush dan Isim Laa Yansharif
Segala pujian hanya untuk Allah. Shalawat serta salam semoga terlimpah kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama. ِAmma ba’du
Kita telah sampai di pembahasan Isim Manqush dan Isim Laa Yansharif. Bagaimana penjabaran keduanya? Bisa teman-teman simak dalam rekaman kajian berikut ini pembahasan 5.
04 Jamak Muannats Salim, Jamak Taksir, Asmaul Khamsah, dan Isim Maqshur
Segala pujian hanya untuk Allah. Shalawat serta salam semoga terlimpah kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama. ِAmma ba’du
Kita telah sampai di pembahasan pembagian Isim. Berdasarkan jenisnya, isim dibagi menjadi dua :
1. Isim Mudzakkar
2. Isim Muannats
Sedangkan berdasarkan jumlah, Isim dibagi menjadi tiga, yaitu :
1. Isim Mufrad (bentuk tunggal)
2. Isim Tastniyyah (bentuk ganda)
3. Isim Jamak (bentuk jamak)
Serta ditambah pada pertemuan ke empat dengan bahasan asmaa’ul khamsah dan isim Maqshur. Untuk mendengarkan pembahasannya silahkan download pembahasan 4
03 Pembagian Isim
Segala pujian hanya untuk Allah. Shalawat serta salam semoga terlimpah kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama. ِAmma ba’du
Kita telah sampai di pembahasan pembagian Isim. Berdasarkan jenisnya, isim dibagi menjadi dua :
1. Isim Mudzakkar
2. Isim Muannats
Sedangkan berdasarkan jumlah, Isim dibagi menjadi tiga, yaitu :
1. Isim Mufrad (bentuk tunggal)
2. Isim Tastniyyah (bentuk ganda)
3. Isim Jamak (bentuk jamak)
Bagaimana pembahasan lebih lanjut? Silahkan download pembahasan 3.
02 Fi’il dan Huruf
Dalam bahasa arab, suatu kosakata, tidak akan terlepas dari jenis diantara tiga :
1. Isim, atau
2. Fi’il, atau
3. Huruf.
Pada pelajaran sebelumnya (Pelajaran 01), kita telah mempelajari bagaimana suatu kata bisa kita katakan Isim. Untuk pertemuan kali ini akan dibahas bagaimana ciri-ciri fi’il dan huruf. Disertai pembahasan latihan soal di kitab Al Muyassar. Silahkan download pembahasan kedua disini (Pelajaran 02)
Pembahasan Kaidah Bahasa Arab
Allah subhanahu wata’ala berfirman :
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ قُرْآَنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya”
(Surat Yusuf : 1)
Ayat ini menunjukkan salah satu diantara sekian banyak keagungan mempelajari bahasa arab. Bahwasanya bahasa arab adalah bahasa Al Qu’ran, bahasa yang dengannya As Sunnah disebarkan. Maka tidak ada jalan untuk memahami dua panduan hidup ini kecuali dengan mempelajari kuncinya terlebih dahulu, yaitu bahasa arab. Para ulama’ banyak sekali mengarang sebuah kitab yang berisi kaidah-kadiah dalam bahasa arab.
Seorang generasi terbaik umat Islam, pernah mengatakan :
“Pelajarilah bahasa arab, karena ia (bahasa arab) adalah bagian dari agama kalian”
Sulitkah bahasa arab? tentu saja sulit, namun bukan berarti menjadi sesuatu yang menakutkan untuk dipelajari. Dengan pembahasan sederhana dan jelas, insyaAllah kita akan mudah mempelajari dasar-dasar aturan dalam bahasa arab.
Pelajaran ini disampaikan oleh saudara kita Muhammad Nur Faqih -semoga Allah menjaga beliau-. Selamat mendownload di sini
Penjelasan Kitab Riyadhus Shalihin
Berikut link kajian penjelasan syarh riyadhus shalihin (Karya Imam An Nawawi rahimahullahu) bersama Al Ustadz Muhammad Ayyub Lc hafizhahullahu : http://bit.ly/Ust-AyyubLc